Menurut sebuah cerita turun temurun dari masa berabad-abad yang lampau, manusia memilki 7 dosa besar yang selalu ‘menemani’-nya dalam menjalani hidupnya yaitu:  gairah (nafsu), sombong, tamak, rakus, cemburu, malas dan amarah.

Analog dengan cerita tersebut, Figur Ayah, dalam mengelola rumah tangga dan mengarahkan anak-anaknya, selalu ‘ditemani’ kesalahan-kesalahan kecil (kekhilafan) nya sebagai orang tua (walaupun memang sebenarnya bukan dosa apalagi dosa besar, namun setidaknya Anda dapat mengenalinya).

Menghindari ke-7 kekhilafan tersebut akan lebih memudahkan Anda menjadi aset bagi anak-anak Anda dan akan lebih menikmati peran sebagai ayah yang baik. Berikut ini ke-7 ‘dosa besar’ tersebut:

1. Perhatian Yang Berlebih.

Memang, anak merupakan sesuatu yang sangat penting dalam sebuah keluarga. Jika salah satu diantara mereka membutuhkan pertolongan pertama, segala macam hal urgen di kantor pasti akan Anda abaikan untuk sementara waktu. Namun, meski anak adalah hal yang sangat penting dalam hidup Anda, mereka seharusnya bukanlah satu-satunya hal yang penting dalam hidup Anda.

Di era sekarang, di mana banyak orang menganggap anak adalah segalanya, sangat memungkinkan bagi seorang pria untuk memberikan perhatian yang berlebihan kepada anaknya sendiri. Misalnya ketika Anda harus menyaksikan anak Anda setiap kali ia bertanding bola. Yang semula bermaksud memberikan dukungan, justru malah memberikan beban. Ada 2 pesan buruk yang sampai ke anak,

1) bahwa sosok laki-laki dewasa yang dikenal sebagai ayah tidak memiliki kehidupan lain.

2) Bahwa anak-anak tidak bisa berhasil tanpa kehadiran ayah. Manfaat yang dapat dipetik anak dari model peran pria dewasa, terlihat dari peran ayah secara lengkap dalam kesehariannya. Perhatian yang berlebih bisa saja membentuk sifat harga diri tinggi, yang mungkin tidak selalu berguna, dibanding dengan sifat percaya diri.

2. Terlalu Banyak Bicara.

Terlalu banyak bicara, akan mengesankan bahwa Anda adalah seorang ayah yang cerewet, pengatur, tidak percaya pada kemampuan orang lain yang akan mengakibatkan, Anda terlihat tidak berwibawa di mata anak Anda. Cobalah untuk memilah permasalahan rumah tangga, mana yang perlu Anda ambil alih dan mana yang hanya perlu Anda amati proses penyelesaiannya.

3. Penengah Yang Tidak Netral.

Sang ayah biasanya selalu menggebu memberikan dukungan, sambil berteriak, “Ayo dong pak wasit, seperti itu saja Anda anggap pelanggaran!”. Perlu Anda sadari bahwa ini bukan pertandingan hidup-mati antara Manchester United vs Liverpool. Ini hanya sebuah pertandingan kecil, dan anak Anda mungkin baru 25 kg beratnya. Intinya adalah Anda tidak perlu menganggap anak Anda berbeda dengan anak-anak lain sehingga Anda harus selalu melicinkan jalan hidupnya terus menerus. Anak anda tidak perlu kehadiran Anda sebagai wasitnya wasit. Biarkan dia berproses dalam memulai meniti jalan hidupnya.

4. Subyektif.

Sebagi ayah Anda harus dapat mulai bersikap obyektif dalam memandang persoalan. Cabalah untuk selalu melihat permasalahan anak Anda lebih dari 1 sudut pandang semata (subyektif). Ketika anak Anda dihukum guru karena telah melakukan pelanggaran/kesalahan di sekolah, maka Anda harus bisa menerima hal tersebut sebagai bagian dari pembelajaran rasa tanggung jawab terhadap dirinya.

5. Tumpuan Harapan.

Walaupun Anda sebagai tumpuan serta tulang punggung keluarga, yang bekerja membanting tulang dengan berangkat pagi pulang malam, ada baiknya Anda tetap pula dekat dengan anak dan keluarga Anda. Janganlah menjadikan peran utama Anda tersebut sebagai pembenaran, ketidak eratan hubungan Anda dengan keluarga.

Lakukan beberapa pendekatan-pendekatan sikap, misalnya ketika sedang berada di luar kota atau luar negeri, teleponlah si kecil untuk sekedar menanyakan kepadanya jalan cerita film favoritnya sore itu atau kirimkan MMS (multimedia message service) foto Anda dengan artis idola si kecil ketika Anda bertemu dengannya di bandara. Hal ini akan menghindarkan Anda dari julukan ‘Patung Yang Dikagumi Keluarga Anda’.

6. Pilih ‘Ini’ Atau ‘Itu’.

Jika si kecil melanggar disiplin, jangan berikan pilihan. Misalnya saat Anda berteriak, “Lepaskan ikatan adikmu sekarang juga, atau tidak ada Play Station (PS) selama seminggu!”. Kalimat pilihan ‘ini’ dan ‘itu’ yang menawarkan kepatuhan, semata-mata adalah pelajaran analisa untung rugi, di mana anak usia 6 th menimbang kesenangannya untuk menyakiti adiknya atau melawan kesedihannya seminggu karena tak diijinkan bermain PS. Dia tahu bahwa Anda tidak sungguh2 menawarkan pilihan seperti itu, tetapi pilihan tersebut membentuk makna tersirat bahwa Anda lebih berwenang mengatur seluruh alat rumah tangga daripada seharusnya.

7. Ayah Yang Keibuan.

Dewasa ini, Pola pengasuhan anak tidak lagi terpaku pada gender. Sering didapati, seorang ibu bekerja mencari nafkah , sementara sang ayah mengurus rumah tangga dan melakukan tugas memasak. Tetapi membersarkan anak tidak bisa seluruhnya hanya dengan netralitas kelamin. Posisi ayah dan ibu tidak bisa tergantikan. Untuk itu, Anda tidak perlu menjadi: lebih peka, lebih berempati, lincah jungkir balik mengatur rumah tangga dan anak-anaknya, layaknya seorang ibu.

Yang perlu Anda lakukan adalah ” just be your self  ”, Anda akan lebih cocok dengan hal-hal yang bersemangat tinggi, dengan gelak tawa yang nyaring serta bercerita tentang singa-singa raksasa. Biarkanlah kromosom Y anda mengarahkan Anda menjadi pemandu yang baik.

Salam.

Sumber: health today.

About bundadontworry

Ibu rumah tangga dengan 2 anak

20 responses »

  1. Bang Dje says:

    wah, nembak semua nih. harus lebih rajin introspeksi.
    terima kasih penyegarannya.

    ===================================
    Oh…….gitu ya Bang Dje……..:) 🙂
    terima kasih ya Bang.
    salam.

  2. bibit m says:

    Hadir jg Bun! Jd aq hrs bgmn? Spt-nya aq salah ya, slalu ngajarin berani, kuat, coba dulu, gak usah takut … mirip ngajari anak cowok, pdhl saat ini anakku cewek semua …

    ========================================
    Nggak juga kok, saya nggak berani bilang kalau Mas Bibit salah…..:) 🙂
    karena kan Mas Bibit yg lebih tahu karakter anak bagaimana………….
    karena anak yg mandiri, pasti bisa lebih tangguh menghadapi masa depan……….
    salam

  3. perigitua says:

    haddiiirrr…
    Hhhmmm, ihh, mantep banget bun….
    1. perhatian berlebih pasti, tp aku nggak pernah memanjakannya
    2. aku lebih suka mendengar daripada berbicara
    3. ku pikir aku cukup netral, bila afra ribut ma temennya trus afra salah.. ya aku suruh minta maaf
    4. include ke 3
    5. repott.. krn hanya seminggu cuma ketemu skali… 😦
    6. Hhhmmm.. rasanya ku lom pernah menghukum afra, menegur sih biasa…
    7. overall inno yg handle semuanya, tapi pass aku pulang byk main sama aku, kecuali wkt afra mo bobo krn bundanya mendongeng utknya, kalo aku mana bisa…
    sekian laporannya bun. sampe saat in nyang masih belum ketemu jalan keluarnya nyang ke-5 Bun…
    cu……..

    =============================================
    Duu…hhh Mas Faza………:) 🙂
    Alhamdulillah, kelihatannya ”ayah banget” ,
    Kalau saja, ayah saya dulu seperti Mas Faza, maklum ayah saya
    kan didikan zaman belanda…:) tapi saya tetap mensyukurinya.
    Salam utk Mbak Inno dan Afra,
    semoga Allah swt selalu memberi yg terbaik utk keluarga Mas Faza, amin.
    salam.

  4. chokey says:

    Kayaknya saya dah posting sebelumnya disini ,tapi koq nggak muncul ??? kemana ya ??

    ====================================
    Yang mana tuh Mas Chokey……??
    kemana ya ? apa mungkin mampir dulu kali… 🙂 🙂
    salam.

  5. jadi ayah itu juga berat loo..semoga saya jadi ayah yg baik..
    ================================
    Betul Mas Adit…
    dan harus dilakoni dgn keikhlasan dan kegembiraan,
    salam.

  6. Terima kasih atas tulisannya Bunda… bermanfaat sekali nih 😀 tapi saya setuju dengan ‘Be yourself’ yang penting kita sudah tahu ‘aturan main’ dalam mengasuh anak

    =====================================
    Semoga bener2 ”ayah banget” ya Mas, utk anak2nya.
    salam.

  7. bunda, apa ini akan melekat ke semua ayah… ?
    duh.. kayaknya saya kena semua nie 🙂

    =================================
    Oh gitu ya Mas…..:) 🙂
    salam.

  8. ~noe~ says:

    batasan tiap dosa si ayah itu ternyata sangat tipis sekali. hanya dengan pengucapan nasehat yang berbeda terhadap si anak bisa jadi dosa itu menjadi obat, atau barangkali justru yang sudah benar menjadi berdosa. tinggal kita memilah-milah dengan bijaksana saja.
    ternyata berat juga ya, jadi ayah…
    =====================================
    Memang berat Mas noe.
    namun sepadan dengan kebahagiaan yg didapat..:)
    salam.

  9. Pakde Cholik says:

    Sebagai ayah sebaiknya berlaku wajar, tak berlebihan dan proporsional. Ketika anak melakukan kesalahan ya sepatutnya kita tegur agak kesalahan yang sama tak terulang. Sebaliknya jika anak berprestasi pantas kita beri sesuatu sebagai imbalannya, tidak harus berupa materi, pujian yang tulus juga cukup.
    Over protective kepada anak juga harus dihindari karena anak juga perlu memiliki dunia dan hak-haknya sebagai anak, antara lain bermain bersama teman-temannya.
    Saya akan mencoba mengevalusi diri agar kesalahan segudang itu bisa diminimalisir.
    Salam hangat dari Surabaya mbak.
    ========================================
    Terima kasih Pak, atas tambahan masukannya
    terhadap tulisan ini……
    Saya yakin Pak Cholik adalah seorang ” ayah banget” ( pinjam istilah Guskar )…:) 🙂 🙂
    salam.

  10. guskar says:

    posisi saya di rumah cukup menguntungkan menjadi seorang lelaki paling ngganteng, soalnya kedua anak saya perempuan. 🙂 🙂
    kata anak2 sih…saya ini ayah banget gitu loh.. *boleh dong sedikit narsis 🙂

    ===========================================
    Ooohhhhh…jadi nggak ada saingannya ya……………..??
    Alhamdulillah ya Mas Guskar,…………..:) 🙂
    bisa jadi ”ayah banget”………………
    salam.

  11. Aldy says:

    Salam Kenal Bunda,
    Kriteria sederhana yang sulit dipenuhi 100%, tetapi kalau 80% mungkin sudah sangat baik. Penyakit saya mungkin di nomer 1 bunda, ini dikarenakan saya bekerja berpisah jauh dari keluarga, sehingga ketika bertemu dengan anak-anak saya merasakan kalau saya sedikit memanjakan dan memberikan perhatian yang lebih. btw, semoga tidak merusak mental mereka selaku anak, karena saya khawatir jika saya pergi ibunya yang akan kesulitan. Terima kasih sharingnya.
    ===================================================
    Salam kenal juga Mas Aldy,
    sepertinya memanjakan anak, asal tdk berlebihan, ok ok aja ya Mas,
    salam utk anak2 dan istri,
    semoga selalu sehat,
    terima kasih sudah menyempatkan mampir…..:) 🙂
    salam.

  12. Yep says:

    Bener sih bun….tapi susah kayaknya menjadi sempurna seperti kriteria tersebut…he…he…bunda mungkin lebih mengerti ya ?
    Btw…harus berusaha mendekati seperti ini ya bun ? 🙂

    =================================
    Ha……ha….: 😀
    Yep ada ada aja, saya kan bukan seorang ayah Yep,
    namun begitu, kan namanya juga usaha, kalau belum sempurna,
    ya……….dicoba lagi dan lagi…………
    salam.

  13. perajaromance says:

    Sayangnya sya udh loss conteck dgn ayah saya selama 5 tahun. . aq kesel + marah. ! tp alhamdulillah hari senin 10 august dy nelfon dan mngajak ketemu bulan puasa nanti. pertemuan yg bkal mengharukan . .hikz. .hikz 😀

    ====================================
    Alhamdulillah, Rio.
    kalau Allah menghendaki, tiada satupun yg dapat menghalangi………
    semoga menjadi pertemuan yg indah,
    hiks…hiks…..jadi ikut senang dan terharu……………
    salam.

  14. atmakusumah says:

    Assalamu’alaikum…
    Salam Kenal Bun…
    Ehm apa & dosa itu memang sudah “melekat” dgn figur seorang ayah bun ?
    ======================================
    Walaikumsalam Mas,
    salam kenal juga,
    sebenarnya ini hanya gambaran yg bisa saja terjadi,
    nah, tujuan tulisan ini adalah antisipasinya Mas……
    salam.

  15. kolojengking says:

    Thanks bunda… bisa sebagai bekal buat saya yang insyAllah akan jadi ayah juga… 🙂
    ==============================
    Sama2, terima kasih juga Mas Kojeng,
    semoga Allah swt memudahkan ya……………
    salam.

  16. Ayam Cinta says:

    Yah ayah juga manusia bun… Hahahaha

    ===============================
    ha…ha….:D 😀 😀
    Skalian Ayam mau ngeles ya………
    salam.

  17. WANDI thok says:

    Betwe, “dosa besar”nya masih perlu dijelasin bunda 🙄 dan jue yakin itu tidak sama dengan dosa besarnya amalan kaitannya dengan syari’at.

    ==============================
    hiks….hiks…Pak Guru..
    tidak membaca dgn seksama ya………..:( 😦
    ”dosa besar” disini maksudnya………….
    kekhilafan dan ketaksengajaan para ayah dlm berperilaku terhadap anak2 meraka,Pak….:) 🙂
    salam.

  18. WANDI thok says:

    Waw, infonya luar biasa bunda, aku banyak nyang kesinggung nih (2) 🙄 namun sekarang sudah kukurangi Bunda, biarken mereka (4 anyakku) mengomeng ria, jue berusaha untuk MENJADI PENDENGAR YANG BAIK, dan ternyata mereka sekarang semua baik ama jue. Dulu ketika nomer (2) itu, sempat 3 anyakku merasa gak deket secara hati ama jue, namun setelah ku ubah jadi pendengar nyang baik, mereka berubah sendiri.
    ===
    Nyang jelas, APA KEBIASAAN AYAH, AKAN DITIRU ANYAK-ANYAKNYA Bun :lol
    ==========================================================
    Setuju…..Pak Guru………:) 🙂
    anak2 adalah peniru yang hebat ya …..
    senangnya Pak Guru, kalau kita bisa menjadi ortu sekaligus
    sahabat untuk anak2………
    Salam sayang untuk anak2nya Pak Guru yang ber 3 ya………..
    salam.

  19. wow… jadi gitu ya kalo jadi ayah.
    Hmmm…. semoga 6 tahun lagi aku dah jadi ayah. Amin

    ===================================
    Amin, semoga menjadi ayah yg ideal.:) 🙂
    salam

  20. Den Mas says:

    wah, baru san dari sini, sudah update lagi. Pertamax lagi dunk bunda 😀

    linknya bunda sudah dipasang, di sini ya bunda :

    Blogroll

    makasih 🙂
    =================================
    terima kasih Den Mas,
    semoga silaturahim kita tetap terjaga, amin.
    salam.

Leave a reply to Pakde Cholik Cancel reply