Pada suatu hari, sekelompok alumni sebuah universitas terkenal berkumpul di rumah sang profesor.
Mereka berbincang dan bercanda, melepas rindu karena lama tak bersua.
Percakapan demi percakapan kemudian berlanjut, dan entah siapa yang memulai, keluhan demi keluhan tentang stres pekerjaan pun berangsur keluar dari semua mulut.
Profesor kemudian beranjak dari tempat duduknya dan kembali dengan membawa sepoci penuh kopi yang harum baunya.
Tak lupa ia membawa serta aneka cangkir dari bahan kristal, porselen, gelas, melamine dan plastik.
Ia mempersilahkan masing-masing muridnya itu memilih cangkir untuk kopi mereka.
Dan seperti yang sudah diduga oleh profesor, semua berebut mendapatkan cangkir paling bagus.
Sementara itu tak ada yang memilih cangkir plastik. Ia terkekeh dan mulai bertutur:
“Nah, itulah kalian saat ini. Semua berusaha dan berlomba mendapatkan cangkir yang paling bagus dan paling mahal. Tak jarang kalian menginginkan cangkir orang lain yang lebih bagus. Padahal kalau dipikir-pikir yang lebih penting adalah kopinya. Kalian hanya ingin menikmati kopi saja, bukan cangkirnya kan?”
Semua muridnya masih bingung dan tak mengerti.
Satu per satu profesor memandang wajah mereka.
“Begini… coba kalian renungkan. Anggap saja kopi adalah kehidupan, sedangkan pekerjaan, posisi, status, dan uang adalah cangkir-cangkir yang kalian pakai. Kalian terlalu sibuk memilih cangkir-cangkir dan lupa menikmati kopi yang diberikan oleh Tuhan secara cuma-cuma. Cangkir apapun yang kalian gunakan, sebenarnya rasa kopi itu masih nikmat. Tanpa kalian perlu memilih-milih atau menginginkan cangkir orang lain.”
Nikmatilah kopinya, bukan cangkirnya…
Salam
kopi dari Tuhan, gimana kalo lemontea aja bun? hehehe
bener yah, yg terpenting kan kopinya 😦
kalau wadahnya jelas gak bisa diminum 😛
salam
widih mengena banget nih tulisan bunda
kebanyakan manusia saat ini emang masi fokus dengan pekerjaan, harta, kekayaan, dan lainnya tanpa memikirkan makna kehidupan
alhamdulillah, semoga bermanfaat ya Mas Hellga.
itulah manusia , selalu mengejar sesuatu yg kadang bikin pusing sendiri, intinya kurang bersyukur ya 🙂
salam
tuhan tidak membagikan pekerjaan, tapi rejeki tersebat diseluruh permukaan bumi ini
dan, kitalah yg menjemput rezeki itu ya Mas,
rezeki tdk akan pernah salah alamat juga ya Mas Citro 🙂
salam
sekali lagi saya lebih suka green tea tanpa gula daripada kopi.. 😥
bunda juga suka gren tea, tapi minum kopi juga Dini sayang 🙂
salam
yups…terkadang kita sering lupa berterimakasi…padahal terkadang hanya dengan berterimakasi saja sudah cukup. Tuhan ngga akan ngasi kopi yg bukan jadi jatah kita…
setuju sekali, kita manusia itu banyak maunya dan jarang sekali bersyukur 😦
salam
ehm … analogi yang luar biasa …
salut deh uat pak profesor … gak percuma jadi prof …
profesornya bijak ya Burhan ,
nanti Burhan juga bisa sebijak sang profesor 🙂
salam
Inspiratif sekali. Saya suka analoginya seperti saya suka kopi panasnya… hmmm
yuk, ngopi………… 🙂
terimakasih ,Mas 🙂
salam
terimakasih sudah mengingatkan, Bund…
memang kadang kita tertipu kemasan, sehingga lupa mengedepankan isi. filosofi yang menarik 🙂
padahal yg paling penting, khan isinya ya Riza 🙂
salam
apa yang salah dengan saya kok selalu telat kesini membaca wejangan dan perenungan yang selalu mencerahkan di blog bunda
whuaaa……….. Mas Munir itu pinter banget kalau memuji 😳
salam
iyah bund, bener banget.
kadang kita suka lupa untuk menikmati kkopi itu
terimakasih bunda, sudah diingatkan
🙂
padahal kopi dr Tuhan selalu istimewa ya Mbak Ais 🙂
salam
aku ndak suka kopi bund,piyee 😀
jadi nikmati isinya ,bukan tempatnya 🙂
setuju dgnmu Wi3nd 🙂
salam
hehehe boleh juga ceritanya tuh, inspiratif, tapi ngomong-ngomong itu cerita nyata ya bun?
terimakasih, Anung
gak ok, hanya ilustrasi aja kok Nung 🙂
salam
wah nikmatnya 🙂
Salam persohiblogan
Lama tak bersua. Maaf karena kesibukan membuat saya sulit BW.
Baru sempet nih, itu pun sekedar sapaan sembari lewat. 🙂
Mohon Maaf Lahir & Bathin
apa kabar A?
semoga selalu sehat ya ,amin
bunda juga mohon maaf lahir dan bathin ya A.
salam hangat utk istri tercinta 🙂
salam
Kopi yang nikmat, akan semakin nikmat jika diletakan dalam cawan yang tepat 😀
apalagi kalau boleh nambah, gak hanya dua cangkir ya Mas Aldy 😛
salam
Yang penting isinya ya Bun, walaupun kadang casing menggoda dan menarik pandangan mata.
wouw……….,nice post here Bunda.sungguh artikel yang sangat memberikan pencerahan tentang hidup yang kita jalani.Thanks untuk share nya ya Bunda.
Alhamdulillah, terimakasih juga ya Huda 🙂
salam
There should be more articles like this one on the web. Very well written, I enjoyed reading it.
thank you for your compliment 🙂
best regards
Bunda….
*Hugs erat*
Bunda benar, cerita ini bener-bener dapet banget kalau di sebarin ke teman-teman Hani 🙂
Bunda, Hani ijin nyebarin cerita ini ke teman-teman main Hani yah…..
Salam hangat dan sayang selalu 🙂
silakan Hani sayang , dgn senang hati 🙂
semoga ada manfaatnya ……..
(* peluk sayang*)
salam
wuih Bunda keren nih critanya hehe. bener2 jadi renungan ya, karena kebanyakan dari kita memang begitu termasuk saya.. makasih Bunda, akan dinikmati kopinya bukan cangkirnya 😀
alhamdulillah, terimakasih ‘Ne ,
semoga bermanfaat 🙂
salam
betol!
dapat 100 dong ya Mbak Juli 🙂
salam