Go to fullsize image

Engkau telah menggapai kemuliaan dunia yang hakiki.
Tak ada orang lain.
Tak ada orang yang dapat mencapai derajat tertinggi itu.
Engkau telah mencapai derajat yang paling puncak yang tidak dapat didaki, kecuali hanya oleh orang-orang yang ikhlas.
Orang-orang banyak beribadah, bercita-cita luhur, dan meninggalkan dunia beserta kesenangannya.

Saat menjelang malam Ia jarang tidur.
Ia tak memejamkan matanya.
Saat orang lain sedang asyik dibuai mimpi-mimpi.
Keluarganya pun kasihan kepadanya.
Sampai seorang putrinya menegurnya :
“ Wahai ayah!. Mengapa selalu terjaga ? Padahal orang-orang sedang asyik tidur ? ”.
Orang itu menjawab pertanyaan putrinya :
“ Sesungguhnya neraka janaham terbayang di mataku !, ucap ayahnya.

Suatu ketika. Orang itu berkata kepada putrinya yang ia cintai itu, dan berkata : “ Aku sangat takut. Takut aku tergelincir ke dalam neraka ”, kata ayahnya.

Bila pagi tiba. Ia berkata  : ” Selamat datang, wahai para malaikat Allah. Tulislah, ‘Bismillaahir-Rahmanaanir-Rahim, subhanallah, wal-hamdulillah, laa Ilahaa illallaah wallaahu Akbar! ”.
Ia sangat meresapi makna all-Qur’an, bila membacanya.
Mengetahui apa yang diperintah dan larangannya.
Mengenal betul janji dan ancamanNya.

Suatu kali, ia melakukan shalat tahajud, dan membaca ayat :

“Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa Kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, yaiu sama antara kehidupan dan kematian mereka? Amat buruklah apa yang mereka sangka itu”. (al-Qur’an : 45:21).


Ayat itu merasuk ke dalam pikirannya.
Sampai tidak dapat melanjutkannya.
Ayat itu diulang-ulang sampai pagi hari.
Ia merasakan lezatnya, ketika membaca al-Qur’anul Karim.

Siapa orang itu ?
Ia tak lain adalah Rabi’ bin Khutsaim bin ‘Aidz rahimahullah.
Ia adalah murid Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, yang menjadi pewaris ilmunya, peneladan akhlaknya, imam dalam ibadah, zuhud, dan wara’.

Suatu kali Rabi’ pergi bersama dengan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu.
Mereka berdua melihat tukang besi.
Mereka berdua melihat besi yang sedang menyala dan ditempa.

Lalu, Ibnu Mas’ud melanjutkan ke tempat lain.
Sampai ditepian sungai Eufrat.
Ditepian sungai yang membelah kota Bagdad itu, mereka bertemu dengan seorang pandai besi yang mengerjakan pembuatan perkakas.

Saat melihat api yang menyala-nyala itu, Abdullah bin Mas’ud membacakan ayat al-Qur’an :

“ Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh, mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya. Dan, apabila mereka dilemparkan ketempat yang sempit di neraka itu dengan dibelenggu, mereka di sana mengharapkan kebinasaan ”. (al-Furqan :25:12-13).


Saat itu, tiba-tiba Rabi’ pingsan, dan digotong ke rumahnya.
Abdullah bin Mas’ud menunggui sampai dhuhur.
Belum juga siuman.
Sampai ashar belum juga siuman.
Dilanjutkan sampai magrib. Belum juga siuman.
Baru sesudah itu, Rabi’ siuman, kemudian Abdullah bin Mas’ud meninggalkannya.
Itulah kondisi orang-orang yang bertaqwa.

Rabi’ bin Khutsaim telah memberikan teladan.
Memberikan pelajaran.
Memberikan arahan.

Semua menjadi jalan menuju kehidupan yang diridhai Allah Azza Wa Jalla.
Tak ingin mendapatkan murkaNYA, kelak di akherat nanti.

Wallahu ‘alam.

Salam.

Gambar : photobucket.com

NB : Tulisan ini untuk nasihat pada diriku sendiri. Semoga Allah swt memudahkan kita semua untuk menggapai ridhoNYA , aamiin.

About bundadontworry

Ibu rumah tangga dengan 2 anak

6 responses »

  1. mesin kasir says:

    bermakna kalau kita ikhlas

  2. mesin kasir says:

    terimakasih bunda, anda selalu memberikan peringatan kepada kami

  3. griya says:

    membawa kita merendahkan diri :p

  4. hidup di dunia yg singkat untuk menggapai aherat yang kekal….butuh bekal ridha Allah SWT

  5. Lidya says:

    terima kasih selalu diingatkan bunda

  6. LJ says:

    makasi sharingnya mam.. mengingatkan kita semua.

Terimakasih banyak sahabat tersayang, untuk apresiasinya melalui komentar dibawah ini .........