Meski memaafkan adalah tindakan yang mulia, namun kita kerap merasa sulit untuk melakukannya.

Ada saja alasan untuk menunda memberi maaf.
Duh, sampai kapan perang batin ini akan berakhir?
Belum tentu kita berumur panjang dan sempat memaafkan lho….

Saling memaafkan adalah tradisi yang berlangsung saat Hari Raya tiba. Kenyataannya, memaafkan itu sulit!
Ada pergolakan di hati, memilih, menimang, bahkan saat ingin mengucapkan kata ‘maaf’ dari bibir.
Tidak berarti, maaf juga berlaku di hati.

Benturan paling sering terjadi di keluarga, kantor, juga hubungan dengan pasangan yang sering kali membekas tanpa disadari.
Misalkan di kantor ada rekan kerja yang suka sekali menjegal Anda untuk memperoleh promosi.
Pasti, Anda bete, kan? Coba Anda lihat dahulu kasusnya dan cermati lebih dekat.
Mungkin, ia berlaku demikian karena harus membiayai orangtua yang sedang sakit, atau membiayai adiknya yang masih kuliah atau hal lainnya.

Pada dasarnya, semua manusia berhati baik.
Namun, karena suatu hal ia bisa menjadi jahat.
Mereka yang sering menyakiti orang lain, cenderung dalam posisi stres dan bermasalah.

Mereka ingin menebarkan suasana tidak nyaman atau memang sengaja ingin mendapatkan perhatian lebih dari orang lain.
Intinya, jangan hanya melihat center point Anda sebagai korban.
Yang terpenting pada tradisi memaafkan adalah diri Anda.
Di sini, Anda bisa self-talking and dealing untuk memahami sudut pandang orang lain yang telah menyakiti Anda.

Nah, yang menjadi kendala, Anda mau memaafkan atau tidak?
Semua tergantung dari kemauan Anda.
Tidak ada paksaan atau apapun yang sifatnya mengharuskan.
Kalaupun hati Anda memang belum siap, ya tidak masalah.
Ketimbang harus berpura-pura memaafkan padahal hati belum menerima.

Memaafkan Dengan Tulus

Hidup yang Anda jalani saat ini tujuannya tidak lain untuk mencapai kebahagiaan. Coba tanyakan pada diri sendiri, apa yang dapat membuat Anda bahagia?
Berlimpah kekayaan, meraih posisi puncak di kantor, atau memiliki mobil keluaran terbaru? Semua itu sifatnya materi fisik saja.
Padahal ada hal-hal yang sifatnya batiniah justru lebih membahagiakan. Memaafkan misalnya.

Satu hal yang berkaitan erat dengan memaafkan adalah ketulusan.
Saat Anda memaafkan dengan tulus, maka kebahagiaan akan diraih.
Niat yang tulus berangkat dari hati yang jujur.
Mengakui, apakah saat ini hati Anda sedang terluka, sedih, merana atau marah? Kejujuran itu penting.

Anda tak perlu mengubah apapun.
Karena Anda tidak akan pernah bisa mengubah lingkungan dan orang lain. Semua itu adalah kenyataan yang harus diterima.
Bila hal itu diabaikan atau ditolak, reaksi yang terjadi akan menyiksa batin.
Semua tergantung penerimaan Anda.
Lebih cepat diterima, maka prosesnya akan lebih mudah.

Pasrah bukan hanya sekedar menerima keadaan terburuk.
Anda harus fleksibel dan berubah. Bahkan, koreksi diri bila diperlukan.
Ungkapkan saja semua rasa kesal yang ada, jangan dipendam.
Bila ingin menangis, ya menangislah.
Atau Anda ingin menumpahkan perasaan dengan berdoa pada Sang Pencipta. Bisa juga disalurkan lewat tulisan atau sekedar curhat dengan sahabat. Lakukanlah.

Setelah pikiran dan hati mulai ringan, baru pikirkan langkah selanjutnya. Bila perlu berkonsultasilah dengan terapis atau psikolog, untuk memuntahkan emosi dan rasa tidak enak di hati.

Mendendam Bikin Penyakit

Dr. Frederic Luskin dalam bukunya Forgive for Good, menyatakan sifat pemaaf adalah resep ampuh untuk memiliki kesehatan dan kebahagiaan.
Menurut Luskin, kemarahan yang dipelihara dalam jangka waktu yang panjang bisa menyebabkan dampak ragawi alias memicu penyakit.

Hati Damai Bawa Bahagia

Jadi, jelas sekali kaitan antara memaafkan dan kebahagiaan.
Rata-rata, mereka yang bisa memaafkan, tidak lagi punya beban.
Biasanya setelah memaafkan, hati terasa plong.
Saat itulah kebahagiaan muncul.

Saat hati damai dan bahagia, banyak hal bisa terjadi.
Misalnya, Anda mendapatkan sukses dalam karier, bertemu jodoh, sukses dalam usaha, atau malah hamil.

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meminta atau memberi maaf.
Saat ini, teknologi sudah berkembang pesat. Manfaatkan saja untuk meminta maaf lebih efisien tanpa harus mengurangi ketulusan.
Pilihlah bahasa yang formal dan biasa.
Bisa melalui e-mail, sms atau bbm.
Kirimkan tiga kali. Namun, bila tidak direspon biarkan saja. Yang penting Anda sudah berniat baik

Sumbatan emosi sulit disadari dan bervariasi letaknya di tubuh. Maka dibutuhkan cara mengeluarkannya.

Nah, jika Anda mampu memaafkan orang lain yang telah menyakiti hati, saat itu pula gerbang kebahagiaan muncul.
Silahkan buka pintu dan nikmati kehidupan dengan senyum bahagia.

Tips memaafkan dengan tulus:

1. Lakukan untuk Anda sendiri, bukan untuk menyenangkan orang lain.
2. Berpikir positif dan sabar untuk memahami posisi orang yang menyakiti
3. Perbanyaklah senyum dan mengucapkan salam (doa)
4. Tetap fokus pada tujuan awal untuk memaafkan meski banyak godaan
5. Jangan pernah menghakimi seseorang maupun situasi terlalu dini
6. Jangan terpaku pada siapa yang salah dan siapa yang benar

Salam

Gambar diambil dari sini

About bundadontworry

Ibu rumah tangga dengan 2 anak

19 responses »

  1. Imelda says:

    ada juga yang berpikiran Memaafkan itu mudah, yang sulit adalah melupakan kesalahan. Wajar juga sih.
    Tapi seiring waktu, semakin tua, rasanya semakin malas untuk menyimpan, menanggung maaf yang tak terucap. Yang dulu sering berkata”Tiada maaf bagimu” Sekarang lebih mudah untuk memaafkan. Tapi mungkin untuk melupakan masih sulit deh bun

  2. Lyliana Thia says:

    Bun, yg pernah aku alami, memulai minta maaf juga sama sulitnya..
    dan pernah jg, ketika udah memaafkan… terkadang teringat kembali kejadian2 nggak menyenangkan itu… hampir bikin dendam… ada2 celah yg dilalui syetan..
    semoga qta semua terlindung dari penyakit hati ya Bun.. amiiin…

    • zoothera says:

      Intinya memang balikin ke diri sendiri keknya ya bund, memaafkan dan meminta maaf walaupun org yg bersangkutan gak nerima/ga mau tau.. Yg penting kita udah menuntaskan satu beban buat diri kita sendiri

  3. LAkukan untuk anda sendiri 😉 Kereeen ini Bun… biar g bikin penyakit dan jiwa damai bahagia… Semoga aku makin bisa jadi pribadi pemaaf ya …

    Trims ya Bun…

  4. pertama: sempet kaget waktu buka blog ini, wah ternyata ada yang beda. hehe

    Bener sekali bunda, maaf, kata yang mudah terucap, mamun pada kenyataannya kadang sulit untuk dilakukan.
    Maaf memang utk diri sendiri, bila memiliki sifat pemaaf, maka sepertinya bila kita punya salah sama orang lain, maka orang lain pun akan mudah memaafkan kita. Jika ingin dimaafkan orang lain, maka tanya pada diri sendiri dulu, apakah kita juga sudah bisa dengan mudah memaafkan orang lain.

  5. LJ says:

    tu kaann, klo puisi pasti aja komen di klos.. yawdah gpp, aku maapin aja deh.. 😛 **peluk2mamih

  6. melly says:

    Bunda, kenapa post puisi di atas, commentnya di close?
    keren bgt loh 🙂

    meminta maaf dan memaafkan itu perlu keberanian menurutku 🙂

  7. Nchie says:

    Bun Izin share ya..

  8. Nchie says:

    Salah alamatkah Aku *ayu ting2 mode On*
    Betul kan rumahnya Bunda Lily
    Rumah baruu nih..

    Tulisan Bunda menyinggung aku..
    Ku belom sepenuhnya Bun..
    Masih tersisa dendam hiks..

    Mencoba dan berusaha untuk menjadi Pribadi pemaaf..
    Makasih Bundaku sudah mengingatkan kita…

  9. mandor says:

    Memaafkan memang harus berasal dari diri sendiri. Agar tidak menjadi pengakit hati dan penyakit tubuh.

  10. Ahmad Alkadri says:

    Pada dasarnya, semua manusia berhati baik.

    ^100% setuju dan makjleb banget bunda! Artikel luar biasa :’)

  11. Sangsaka says:

    Maafken beta wahai Bunda karena kemaren beta ngirim surat kaleng ke Bunda wkkkkkkkkkkk 😆

    Lakukan untuk Anda sendiri, bukan untuk menyenangkan orang lain.is a win-win solution :mrgreen:

    terima kasih Bunda tips bijaknya 😉

  12. andinoeg says:

    memaafkan mudah, tapi untuk melupakan kesalahan orang lain itu sulit

  13. Lidya says:

    saya tidak takut untuk meminta maaf, tapi kadang sulit juga memaafkan hiks 😦 harus lebih banyak belajar dair bunda ya

  14. Ketulusan tanap langkah awal suatu keberanian dalam bertindak merupakan hal yang sia-sia Bun. Semoga kita lebih berani dalam hal melakukan suatu tindakan hal positif untuk berani untuk memulainya.

    Sukses selalu uintuk bunda sekeluarga.
    Salam
    Ejawantah’s Blog

  15. rina says:

    bundaaaaa… aku pengen nangis baca postingan ini… karena ada seseorang yg aku rasanya belum iklhas memaafkan… semoga aku segera bisa membenahi diri…hiks…

  16. Terasa fresh banget nih numpang nongrong di rumah baru bunda.

    bun apakah kita harus terus menunggu maaf orang lain padahal aku tau di yg berbuat salah/memualai tetapi ego ini terasa berat jika harus meminta maaf terlebih dahulu. Klo aku minta maaf ada perasaan terbesit olehku, Dia akan makin sombong karena dinggap aku lang yg berbuat salah kepadanya. *edisicurhat*

    Jumat Mubaroq.

  17. dhila13 says:

    ya itulah bun… kalau hati tidak dibiasakan menjadi tulus, akan berat sekali rasanya. jangankan memberi maaf, meminta maaf, untuk berterima kasih pun rasanya enggan..

    tapi kita harus terus belajar untuk selalu tulus kan bun.. 😉

    salam..

Terimakasih banyak sahabat tersayang, untuk apresiasinya melalui komentar dibawah ini .........