Suatu pagi di salah satu sudut bumi Parahyangan, di sebidang tanah garapan yang tak terlalu luas.
Mang Dudung dan anaknya, pemuda tujuh belas tahunan, sedang bekerja.
Cres, cres, prah,……..cres ,cres, prah….sesekali berhenti untuk menyeka peluh yang bercucuran.

Wajah mereka sama sama merona merah, bedanya pada pancaran wajah.
Sambil bekerja Dudung membayangkan panen cabai, wortel dan sayur mayur lain yang akan dipetiknya dalam kurun beberapa bulan ke depan.

Mamat, meskipun menampakkan keperkasaan remaja, tapi ekspresi wajah dan gerakan tubuhnya jauh dari bertenaga.
Lunglai.
Sorot matanya layu, layaknya seorang peminta minta di perempatan jalan di Jakarta. Sejak setahun lalu, ia berniat hendak langsung hengkang ke Jakarta, diajak beberapa teman.

Sayang Dudung berfikir lain.
Kalau Mamat pergi, siapa yang akan membantu dia menggarap ladang?
Apalagi ia merasa peruntungannya baru saja terbuka, saat ia bergabung dengan komunitas pertanian organik.

Mamat terus bekerja, walaupun mulutnya terus cemberut.
“Lama lama siksaan ini seperti di neraka” batin nya .
Tiba tiba terdengar suara orang bercengkerama yang makin mendekat………
Dasar sedang jenuh, Mamat segera menemukan alasan,
“Pak, aku ke kali dulu, cuci muka” teriaknya mencari alasan.

Suara itu datang dari tepian kali kecil berarus deras yang airnya sebening kaca. Beberapa anak muda dari kota baru saja tiba, lalu duduk disana sambil mengobrol.

“Wow, hutan pinus, udara bersih nan sejuk, semilir angin, matahari pagi, Pak Tani disawah. Bak lukisan! Indahnya !”
Cetus seorang gadis sambil mengipas ngipas wajahnya yang berkeringat.
Sejenak hanya gemericik air yang terdengar.  Semua orang terdiam, terbawa suasana, menikmati pemandangan didepan mata mereka yang memang indah, damai dan memukau.

Beberapa menit kemudian, “Kau benar. Andai kita bisa hidup dialam seindah dan sesegar ini setiap hari…….ah!”

“Aku juga ingin, jika lulus nanti akan mencari pekerjaan di pedesaan seperti ini saja. Serasa bekerja di surga” sambung pemuda yang lain.

Tercenung Mamat berjalan kembali menuju cangkulnya.
“Jadi, setiap hari aku ternyata hidup di dalam lukisan yang mereka idamkan itu”.

Dirasakannya angin segar menyapu wajahnya , sinar matahari hangat memeluknya dan kicauan burung burung yang merdu.
Cangkul dihunjamkannya dengan penuh energi.

Surgaku, aku datang !!!

Salam

About bundadontworry

Ibu rumah tangga dengan 2 anak

27 responses »

  1. Bersyukur itu merupakan suatu tindakan yang tidak dapat dibandingkan dengan suatu hal apa pun diatas sunia ini. langkah yang sederhana namun bernilai besar bila kita berani melakukannya.

    Sukses selalu untuk Bunda dan keluarga.
    Salam
    Ejawantah’s Blog

  2. nia/mama ina says:

    saya pernah kerja di sukabumi yang suasananya seperti di lukisan tadi…tp ngga betah krna jauh dr orangtua…ternyata surga bagi saya adalah bekerja ditempat yg dekat dgn keluarga

  3. ded says:

    Yang penting mensyukuri apa yang kita miliki dan apa yang kita dapatkan, mudah2an Allah akan menambahnya berlipat ganda. …… 🙂

  4. Necky says:

    SEring kali kita belum dapat bersyukur kepada NYA atas seluruh karunia yang telah diberikan kepada kita ya Bunda….

  5. saya akan memilih surga akhirat

  6. muamdisini says:

    surga dan neraka di dunia itu memang hanya urusan persepsi yah bunda..
    tergantung dari sisi mana kita memandang…
    yang orang bilang surga belum tentu orang lain bilang surga…

  7. dedemathla says:

    keridhoan Alloh melebihi surga-Nya…..
    Ibadah yang ikhlash, surga pasti diberikan..aamiiin

  8. Una says:

    Hihi ceritanya bagusss. Yang penting bersyukur semua jadi surga hihi~

  9. Baha Andes says:

    Ayo semangat pak tani…

  10. Suzernita says:

    kita jalan2 ketempat kaya bgitu yuk Bune……

  11. kadang melihat diri sendiri selalu kurang bunda, taunya punya orang lain selalu bagus… sifat manusia yang alami, bisa positif bisa juga negatif…

  12. Nchie says:

    merindukan juga tempat begitu bun..
    seperti dalam lukisan itu..

    Met istirahat Bun
    salam mmuahh..

  13. susisetya says:

    itulah manusia bun…lebih melihat rumput tetangga lebih hijau dari halaman sendiri…padahal alam pedesaan itu kalau dikelola dengan semestinya akan menghasilkan sesuatu yang lebih berharga…

  14. yustha tt says:

    jadilah kehendakMu, di bumi seperti di surga.. 🙂

  15. Lidya says:

    rindu alam seperti itu bun

  16. pa Tuo says:

    Hidup di pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk dan polusi kendaraan, udara segar, air bening mengalir meliuk menari berlomba mengisi pematang sawah, tumbuhan tumbuh subur dan asri membawa semilir angin sejuk. di tengah sawah ada dangau untuk istirahat… ikut duduk disini sambil maisok.. nikmaaattt….!!! 😀

  17. Alhamdulillah, dengan apa yang ada di desa, tetep merasa nyaman dan bersyukur bun,,
    dengan segala permasalahan yang ada dalam pertanian, alhamdulillah masih banyak yang semangat untuk mengangkat cangkul tinggi2 dan menghujamnya dalam2 untuk mengolah lahan pertanian. Bersyukur atas apa yang ada, itu akan lebih indah tentunya ya, bunda..

  18. lozz akbar says:

    saya juga bersyukur Bun, meski hidup di desa tapi setidaknya masih banyak hal yang saya bisa nikmati di sini dan itu merupakah sebuah kenikmatan yang “mahal” bagi orang kota…

  19. agussupri says:

    ilustrasi yang banyak makna

  20. diananeeh says:

    apa yang kita inginkan kadang tidak indah dengan yang kita harapkan, lebih baik bersyukur atas apa yang kita miliki, itu lebih baik ya Bun,,,,^_^

  21. rina says:

    ah jadi sadar, kadang, kita sering berkeluh kesah, padahal kita berada di zona yang diinginkan orang lain… makashi ya bun sentilannya

  22. Orin says:

    Aih…filosofisnya kena bgt, kadang suka ga sadar ya Bun, kita sudah hidup di alam yg msh merupakan mimpi orang lain..

  23. yulijannaini says:

    mensyukuri apa yang telah didapat memang lebih nikmat daripada harus berkeluh kesah…. 🙂

    udah lama ga mampir ke bunda…..

  24. Menikmati semua yang ada dengan penuh cinta dan kesyukuran, semoga berbuah syurga ya Bun…

  25. dhila13 says:

    artinya: dunia baru tak seindah dunia kita sekarang ya bun 😀

  26. Imelda says:

    menikmati apa yang telah Tuhan berikan pada kita ya bun

  27. LJ says:

    mamih kemarin kan habis mengunjungi surga.. dan skrg sdg melanjutkan leyeh2 di surga japos.

Terimakasih banyak sahabat tersayang, untuk apresiasinya melalui komentar dibawah ini .........